HILANGNYA SAWAH-SAWAH KITA
Butir embun yang bertengger di pucuk daun padi
bersorak sorai menyambut sinar matahari pagi
batang-batang yang gendut menahan kehamilan 
tak tahan untuk meledakan bulir-bulir padi
hadiah untuk petani
yang masih setia mengayunkan cangkulnya
dan dalam hati selalu bertanya
petak-petak sawah ini akan laku berapa?
sebab anak-anakku yang muda dan gagah perkasa
tak akan sudi menginjakkan kakinya di sawah ini untuk bertanam padi
sebab kota telah berjaji dengan panggilanya yang menggoda
dan menyediakan apa-apa yang dia suka dengan membabu pada juragan-juragan kaya
tanpa menyingsingkan celana dan kemeja
bergulat dengan lumpur dan jerami
Ini sawah-sawah purba yang akan tinggal nama
kota akan segera merampasnya dengan janji-janji palsu
dan kita akan tersingkir jauh
sambil menunggu kemurahan politik yang disebut "maha kuasa"
yang membagi negeri ini dalam kantong-kantongnya
atau menunggu kemurahan hati yang disebut kompensasi
dengan sejumput beras tengik dan lembaran rupiah yang tak seberapa
untuk melegalkan anak negeri ini, menyandang gelar warga miskin
dan bangga menempel stiker di depan pintu rumahnya
atau anak-anak muda yang dengan dalih devisa
menjadi babu di negeri-negeri tetangga
sebab di rumah ini, negeri yang di juluki 'tanah sorga '
mereka tak berguna...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUKA DUKA JIWA

Bunga Kemuning